Mari berbagi bersama kami dengan menyalurkan infak/shodaqoh anda. Hubungi 085714186820 atau transfer ke BCA no. rek. 167o695286 a/n OJAK

Selasa, 15 Januari 2013

MANFAAT SILATURAHMI DALAM ISLAM



Selain Ibadah yang Wajib banyak lagi ibadah mendapat penilaian yang baik dari Allah salah satunya dalam Islam menyuruh umatnya memperbanyak silaturrahmi dengan siapapun dan dimanapun. Sebab dalam kehidupan keseharian, setiap individu selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat mulia, mudah dan membawa berkah. Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Karena itu merupakan ibadah  yang paling indah berhubungan dengan manusia, sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. Silaturahim termasuk akhlak yang mulia.

 Dianjurkan dan oleh Islam juga diseru. Peringatan yang terdapat dalam Al-Qur’an untuk tidak memutuskan tali silaturrahmi. Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad :22-23).

Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia? Karena dapat menyempurnakan rasa cinta & interaksi sosial antar umat manusia. Silaturahmi juga merupakan dalil & tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang.
Memutus tali silaturrahmi adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam agama Islam, Allah berfirman:

"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (Q.S An-Nisaa' : 1)

Menurut Rasulullah SAW, Allah SWT akan melapangkan rezeki orang yang suka menyambung tali silaturahmi. Allah juga akan memanjangkan umur kepadanya. Dalam sabdanya :
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (H.R Bukhari)
Dalam hadits Abu Hurairah, sabda Rasulullah yang lain:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi" 
(Muttafaqun 'alaihi)

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam Islam. Maka melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10 manfaat Silaturahmi menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:

1. Mendapatkan ridha dari Allah SWT.
2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda
     Rasulullah    SAW, yaitu "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang
     berbahagia."
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi
4. Disenangi oleh manusia
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita
    yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa
    bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan
    rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan      
    persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka
      bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahmi, Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang suka bersilaturahmi.... (Hrm,  dari berbagai sumber)


25 WASIAT LUQMAN KEPADA ANAKNYA



Bicara Luqman dengan anaknya menerusi satu riwayat dalam kitab Tafsir Rahul Ma'ani dan Kitab Hidayatul Mursyidin, diriwayatkan telah memberikan anaknya dua puluh lima wasiat Yaitu:

1. Hai anakku, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam   
    di dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan   
    sampan yang bernama taqwa, isinya ialah iman dan layarnya ialah tawakkal kepada Allah.

2. Hai anakku, janganlah engkau menelan terus sesuatu makanan kerana manisnya dan janganlah
    terus engkau memuntahkan sesuatu barang kerana pahitnya. Kerana manis itu belum tentu  
    mendatangkan kesegaran dan pahit itu belum tentu mendatangkan musibah.

3. Hai anakku, apabila engkau ingin mencari teman sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan
    perkara yang menaikkan kemarahannnya. Bila mana dalam kemarahan itu dia masih berusaha
    untuk menginsafkan engkau maka bolehlah engkau ambil sebagai teman dan sekiranya bukan
    demikian maka berhati-hatilah engkau terhadapnya.

4. Perbaikilah tuturkatamu, halus budi bahasamu dan manis wajahmu, kerana engkau akan
    disukai orang melebihi sukanya terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang
    berharga kepadanya.

5. Hai anakku, janganlah engkau terlalu mudah ketawa kalau bukan perkara yang menggelikan,
    jangan engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang
    tidak ada gunanya bagi diri kamu dan janganlah engkau mensia-siakan harta dunia kamu.

6. Hai anakku, ambillah harta dunia sekadar keperluanmu, dan nafkahkanlah yang selebihnya
    untuk akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke bakul sampah, kelak diri kamu akan
    menjadi pengemis yang membebankan orang lain. Sebaliknya jangan engkau rangkul dunia ini
    dan meneguk habis airnya, kerana sesungguhnya semua yang engkau makan dan pakai itu
    adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan orang bodoh dan orang yang bermuka
    dua, kerana akan membahayakan diri kamu.

7. Hai anakku, apabila engkau berteman, jadikanlah dirimu orang yang tidak pernah
    mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarlah dia mengharapkan sesuatu daripadamu.

8. Jadikanlah dirimu dalam setiap perkara sebagai seorang yang tidak berhajatkan kepada pujian
    atau menagih sanjungan dari orang lain, kerana penguasaan riya' itu akan menyebabkan diri
    kamu beroleh kecelakaan.

9. Hai anakku, janganlah engkau cenderung kepada dunia semata-mata dan hatimu jangan
    disibukkan dengan urusan dunia semata-mata, kerana engkau diciptakan oleh Allah bukan
    untuk urusan dunia sahaja. Sesungguhnya tidak ada orang yang lebih hina melainkan orang
    yang terpedaya dengan dunia semata-mata.

10. Hai anakku, usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata busuk, kotor dan
\     kasar kerana engkau akan lebih selamat apabila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah
      agar dirimu mendatangkan manfaat kepada orang lain.

11. Hai anakku, bukanlah sesuatu kebaikan namanya apabila engkau selalu mencari ilmu tetapi
      tidak engkau mengamalkannya. Hal itu tidak ubahnya seperti orang yang mencari kayu
      bakar, setelah banyak terkumpul maka dia tidak mampu memikulnya, padahal dia masih
      terus mengumpulkannya.

12. Janganlah engkau makan atau minum yang berlebihan kerana sesungguhnya makan yang
      terlalu kenyang itu akan merosakkan diri dan pemikiranmu dan alangkah baiknya makanan
      yang lebih itu diberikan kepada anjing sahaja.

13. Barangsiapa yang penyayang, sudah tentu akan disayang, sesiapa yang suka berdiam diri
      sudah tentu akan selamat daripada berkata-kata tentang perkara yang mengandungi racun dan
      barang siapa yang tidak mampu menahan lidahnya daripada berkata kotor, sudah tentu akan
      menyesal.

14. Hai anakku, bergaul mesralah dengan orang alim dan berilmu. Perhatikanlah kata-kata dan
      nasihatnya kerana sesungguhnya akan sejuk hati kamu mendengar nasihatnya, akan hiduplah
      hatimu dengan cahaya hikmah dari mutiara kata alim ulama bagaikan tanah yang subur    
      disiram air hujan.

15. Hai anakku, bila engkau mengahdapi dua pilihan, menjenguk orang mati atau menghadiri
      pesta perkahwinan, maka hendaklah engkau memilih menjenguk orang mati. Sebab
      menziarah orang mati itu akan mengingatkan kamu kepada kampung akhirat, sedangkan
      menghadiri pesta perkahwinan itu hanya akan mengingatkan kamu kesenangan dunia.

16. Makanlah makananmu bersama-sama orang yang taqwa dan musyawarahlah segala
      urusanmu dengan para alim ulama dengan cara memohon nasihat daripadanya.

17. Orang-orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan
      mendapat penjagaan daripada Allah. Orang yang insaf dan sedar setelah menerima nasihat
      daripada orang lain, akan sentiasa menerima kemuliaan dari Allah swt.

18. Hai anakku, seandainya orang tuamu memarahimu, maka marahnya itu sebagai siraman air
      bagi tanam-tanaman yang kering kontang.

19. Jauhilah dirimu dari berhutang kerana sesungguhnya berhutang itu akan menjadikan dirimu
      hina di siang hari dan hina di malam hari.

20. Selalulah berharap kepada Allah agar menjauhkan kamu daripada sesuatu yang menyebabkan
      kamu menderhaka kepada-Nya. Takutlah kepada Allah dengan benar-benar takut, tentulah
      engkau akan terlepas dari sifat putus asa daripada rahmat Allah swt.

21. Hai anakku, engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu yang besar dan besi
      yang amat berat tetapi adalah lebih berat daripada itu semua apabila engkau mempunyai jiran   
      yang jahat.

22. Hai anakku, janganlah sekali-kali engkau mengirimkan utusan melalui orang bodoh dan
      jahat. Maka bila tidak ada orang yang baik dan cerdik, sebaiknya engkau sendiri sahajalah
      yang menjadi utusan.

23. Jauhilah sejauh-jauhnya sifat dusta, sebab berrdusta itu enak sekali mengerjakannya bagaikan
      memakan daging burung, padahal sedikit saja perbuatan dusta yang dilakukan, akibat dan
      bahayanya amat besar.

24. Hai anakku, orang yang merasa dirinya hina dan rendah di dalam beribadah dan taat kepada
      Allah, maka orang itu akan sentiasa tawadhuk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada
      Allah dan sentiasa menghindarkan dirinya daripada melakukan maksiat.

25. Hai anakku, seorang pendusta itu akan hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan
      seseorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa memikirkan dan mengkhayalkan
      perkara-perkara yang tidak benar. Ketahuilah bahawa memindahkan batu besar yang berat
      dari tempat asalanya adalah lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang-orang
      yang tidak mau mengerti.